Berawal dari rasa penasaran membaca informasi ini, langsung deh menuju 21cineplex.com. Biasanya tampilan sebelah kanan penuh "banner" iklan, tetapi untuk hari itu gw menemukan info lowongan kerja yang sangat cocok dengan jurusan ade gw. Dalam banner itu terdapat dua lowongan, yang satu "operator proyektor" dan satu lagi "IT Technical Support" mereka pun meminta penyampaian berkas lamaran dikirim dengan cara masing-masing. Untuk yang "operator proyektor" via jasa Pos dengan PoBox yang telah mereka tentukan, dan untuk "IT Technical Support" langsung via e-mail. Untuk yang via e-mail langsung dikirim CV seadanya, setelah dikirim baru gw cek, foto yang digunakan foto bekas Ujian Nasional yang terdapat cap sekolah di pinggirnya. Untuk yang "operator proyektor" dikirim keesokan harinya. Selang seminggu kemudian ada telpon panggilan. Yang ternyata malah yang "IT Technical Support" bukan yang "Operator Proyektor". Alhamdulillah...ade gw langsung gawe.
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...
Komentar
Posting Komentar