Rundown #RMF2011 courtesy of Lia Aulia Ulfha Hari ini gw menghadiri event yang diadakan di Kota tercinta Bogor, acara yang di gagas oleh salah satu event organizer lokal Bogor. gw berangkat jam 15.30 sampe di venue jam 16.00 sumpah di daftar rundown list di atas, gw ngga tau yang mana yang lagi "on stage" pas gw nyampe. antri... Dari antrian ini udah sangat tidak profesional, pengunjung yang mau masuk dengan pengunjung yang keluar masuk berbaur dalam "satu" pintu antrian, walau tidak lama tapi seharusnya bisa dibikin masing-masing pintu akan lebih nyaman. hanya "satu" akses masuk sodara-sodara ngecap di leher kiri dan kanan nih band yang lagi "On Stage" saat masuk ruang "sauna" Setelah selesai antri yang tidak cukup lama, langsung deh ngecap di leher kiri dan kanan, masuk ke dalam udah ada band yang lumayan mengajak pengunjung ber-"moshing" ria. Dan gw ngga tau band apa itu. Yang pasti tanpa harus ikut ...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...