Gio beserta punggawa Timnas bareng Om Farhan bareng wartawan ikut Press Conference masih...bareng wartawan juga Gio sedang menjawab pertanyaan wartawan Press Conference selesai Foto terakhir Press Conference Bersama Okto dan Jackson F Tiago Baju bola yang gw bawa, dapetin tandatangan Okto, Isnan Ali dan Ponaryo nih beneran bersama Gio Hari ini mendapat undangan dadakan untuk bertemu dengan mantan kapten Timnas Belanda, langsung gw jawab okey dan siap menghadiri acara tersebut. Ini suatu tantangan bagi gw. Walau datang ke venue telat hampir satu jam. Untunglah acaranya sendiri molor dari waktu yang ditentukan. Memang sih dari awal udah terbayang sepertinya bukan hanya Gio aja yang akan gw temui. Yaks... memang benar adanya ternyata punggawa dan mantan punggawa Timnas Indonesia turut hadir juga. mereka adalah Bepe, Kurniawan "kurus" Dwi Julianto, Okto, Firman Utina, Ponaryo, Isnan Ali terus siapa lagi tadi...lupa. Foto-foto berg...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...