Minggu, tanggal 10 Maret kemaren saya mengikuti sebuah acara karena tertarik dengan tema yang akan dibahas. Tema dari acara ini " Skenario Film vs Novelisasi Film ". Saya yang dari awal cuma hobi menonton, yang hingga kini secara tidak langsung "terlibat" dalam beberapa film Indonesia merasa harus datang ke acara ini. Dua pembicara dalam acara ini ialah Endik Koeswoyo , seorang penulis skenario dalam rumah produksi sinemArt dan Ayuwidya , seorang penulis novel yang berasal dari sebuah film Hello Goodbye. Niat saya datang ke acara ini paling utama tentunya ingin berkenalan dengan mereka, mengobrol secara langsung tentang film dengan mereka, para pembicara ini. Beberapa yang saya dapat dari presentasi Endik Koeswoyo: Dalam penulisan sebuah skenario harus menggunakan Final Draft , jangan menggunakan software lain. Patokan dalam Final Draft, 1 halaman sama dengan 1 menit. "Saya ingin jatuh cinta" kalau metodenya dibalik akan menjadi "Saya i...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...