Berkesempatan untuk menikmati salah satu film dalam "Festival Sinema Perancis" kenapa tidak. Itu yang terlintas, saat mendapatkan undangannya. Dan film yang gw tonton kemaren itu L'Arnacoeur (HeartBreaker). bertempat di FX Platinum XXI , gw ngga akan terlalu ngebahas filmnya, karena Anda semua bisa baca sendiri reviewnya di beberapa websites, untuk yang berbahasa Indonesia bisa di filmoo.com . Venue-nya lumayan cukup nyaman bagi gw yang di Bogor sering kecewa menikmati XXI Botani Square. Penonton, yaaa tidak terlalu penuh juga. Tapi kita semua tampaknya sangat menikmati film ini. Ada beberapa bagian yang menurut gw menghilangkan "taste" dari menikmati film ini. Saat scene tertentu, terpotong berlanjut ke scene selanjutnya begitu saja. Okelah bagi gw yang jarang menikmati film Perancis. Apa karena gw yang terlalu banyak nonton film Hollywood, melihat film ini agak "Hollywood" banget yaaa.
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...