salah satu scene video greeting Selasa malam tanggal 5 Maret 2013 saya berkesempatan untuk menghadiri acara Premier dari salah satu Film Indonesia. Film ini saya baru ketahui belom lama, tidak seperti film-film Indonesia lainnya. Dari undangan softcopy yang saya terima, acara dimulai dengan Press Conference terlebih dahulu jam 20.00, kemudian dilanjut acara screening jam 21.00. Screening Ceu Etty at Epicentrum XXI [@ cinema21 ]Jakarta Selatan, bit.ly/HvzYeN #Yotomo — Hendra Gunawan (@ndraverne) 5 Maret 2013 Dari tiket yang saya dapat ternyata acara screening akan dimulai jam 21.50. Dan rekan saya pun tidak bisa menunggu selama itu. Bagaimana pulangnya? Sedangkan ia mengharapkan transportasi dari TransJakarta Thanks a bunch for premiere ticket @ ndraverne .. Maap sy takut kemalaman. tapi lumyan posternya buat mempercantik kamar. Haha :)) — annisa paramita (@annisaparamita) 5 Maret 2013 Casts, Producer & Director of @ berliansietty at Press Conf twitp...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...