bersama Guru-guru GGID Sabtu kemaren terulang kembali, "one day, get two events". Untuk acara pertama ini #4sqDay, seperti biasa pula klo ikut acara foursquare pasti berangkat dan pulang juga bareng master Tamtomo, alias mengintil. Pagi jam delapan kami berangkat menuju Cilandak Town Square. perjalanan yang lumayan cepat, sampe venue acara belum buka ternyata, ngupi-nngupi dulu di J'Co. Panitia acara pun berdatangan, saatnya registrasi untuk mendapatkan "swag" aseli dari foursquare-nya. Acara lumayan rame, tadinya mo ikut yang kontes twitt galau, karena sinyal wifi yang cenat-cenut malah bikin semakin galau. "Hrrrrr". Emang udah niat sih, klo nemuin wifi, maunya update software sampe kelar. Dan ternyata koneksinya cenat-cenut, untungnya sampe acara berakhir dan meninggalkan venue acara selesai juga meng-update. Kemudian langsung menuju atrium Citos untuk melihat lebih dekat dengan Blackberry-nya AHA, yang katanya lebih cepat 77 kali dari GPRS. cob...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...