Langsung ke konten utama

at #HaiDay Hari Pertama


Sebenarnya saya merencanakan untuk datang ke acara #HaiDay ini di hari yang kedua aja. Di hari yang kedua itu saya berniat untuk menikmati penampilan dari endahNrhesa dan Efek Rumah Kaca. berhubung di hari pertama ini ada "seseorang" yang berniat menemani. Saya pun segera menuju lokasi acara yang bertempat di Parkir Timur Senayan ini.
Antrian tiket yang semrawut
Sebelumnya untuk menikmati acara seperti ini, saya tidak pernah harus antri dengan berdesak-desakan seperti ini. "Emangnya mau antri dapet kupon daging kurban?..." Untuk menikmati acara #HaiDay cukup dengan membeli majalah Hai di tiket box. Maksimal pembelian hanya sebanyak 5 majalah per orang. Akibat menjadi korban dari antrian yang semrawut ini saya ketinggalan penampilan dari JKT48, Yups! penampilan dari merekalah yang bikin saya penasaran untuk datang di hari pertama ini.
Thirteen on Stage
Thirteen, inilah band yang klo setiap penampilannya, sang vocalist pasti memanjat tiang sisi kanan atau kiri stage. Dari siang hari aja saya udah nggak bisa menembus ke tengah crowd di area Main Stage. Sound dari para penampil di siang hari, khususnya Thirteen ini masih bisa dinikmati dengan nyaman. Setelahnya The Upstairs saatnya menghentak stage, tapi saya bersama "seseorang" ini asyik berputar-putar ke area "mini JakCloth 2012" mungkin dengan adanya area ini juga menambah suasana #HaiDay menjadi semakin rame.
ID-Andrography boot at #HaiDay
Salah satu booth yang saya kunjungi adalah booth ID-Andrography, dimana beberapa rekan saya adalah para pengurusnya. di depan booth ini bisa menikmati dance competition.

Dance Competition at #HaiDay
Akhirnya kami kembali menuju Main Stage, seperti sebelumnya tidak bisa menembus sampe ke tengah crowd. Setelah The Upstairs selanjutnya adalah Pee Wee Gaskins. Barulah terasa sound yang terdengar di telinga sangat mengganggu. Kami pun menjauh mencari tempat untuk mengistirahatkan kaki sejenak. Penampilan selanjutnya yang kami nikmati adalah Killing Me Inside, memasuki malam hari bukan dari sound aja yang mengganggu telinga tetapi dari lightning yang sering menyilaukan mata dan led display yang hanya satu di tengah stage, kamera yang digunakan pun hanya satu, tidak memakai jimmy jib. Karena menikmati dari jarak yang lumayan jauh, hanya bisa melihat mereka para penampil seperti di kegelapan aja, sesekali led display di tengah stage tampak ada sosok mereka. Ya....sesekali selebihnya hanya tampilan nama mereka yang sedang tampil. Setelah Killing Me Inside selanjutnya lagi adalah Maliq N D'essential, mereka lumayan  mengajak crowd untuk selalu sing along di tiap lagunya, satu lagu mereka yang saya takjub adalah "Funk Flow" gaya nge-rap vocalist wanitanya, wow! ajib!!!
Setelah Maliq selesai, salah satu penampil yamg saya tunggu-tunggu. Saya belum pernah melihat penampilan live dari Sheila On 7 sebelumnya, malem ini adalah untuk yang pertama kalinya. Dan penampilan dari mereka sejak awal telinga benar-benar dimanjakan, tidak seperti penampil sebelumnya yang "melukai" telinga.
Sebenarnya masih ada The SIGIT dan BurgerKill dalam rundown. berhubung mengejar jadwal kereta terakhir menuju pulang, cukup sampai Sheila On 7 aja. Saatnya pulang! Terima kasih atas malam minggunya, bukan kamu (Hai Magazine) tapi kamu, iya kamu....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Netflix Yang Kini Resmi Masuk Pasar Indonesia

Netflix, layanan streaming film panjang dan film serial yang kekinian di Amerika Serikat kini resmi hadir di Indonesia. CEO Netflix, Reed Hastings dalam acara CES 2016, rabu lalu mengumumkan #NetflixEverywhere (termasuk di Indonesia, kecuali Tiongkok). Sebelum Netflix saya sudah akrab dan sempat menggunakan viki, yang kontennya kebanyakan berasal dari Korea Selatan. Telkomsel bekerjasama dengan Disney menghadirkan Moovigo, layanan Disney Movie On Demand dengan kearifan lokal (konten film-film Disney-nya cukup banyak dengan film-film terbaru yang setelah beberapa bulan tayang di bioskop). Multivision menghadirkan nonton.com, terakhir saya akses berisi sinetron mereka yang di tahun 90-an merajai pertelevisian di Indonesia. Terakhir yang sering saya gunakan sih google play movie, lebih seringnya menyewa dengan batas waktu 48 jam. Sejak memiliki Kata Box  saya sudah mencoba untuk "berkenalan" dengan Netflix, sayangnya dalam proses registrasi kita diHARUSKAN untuk me...

Valentine Blogging Competition with B Blog

  Di awal bulan ke-2 dari tahun 2014 ini awal postingan terbaru saya, lagi jarang mengikuti screening dari film Indonesia yang baru rilis, jadi postingan kali ini tentang berpartisipasi dalam B Blog. Beberapa hari yang lalu saya bergabung dengan B Blog, sepertinya akan banyak benefit yang saya dapatkan kedepannya. Dalam Valentine Blogging Competition with B Blog ini bagi yang lain mungkin akan menceritakan sosok yang tersayang dengan orang-orang yang disayangi atau binatang peliharaan. Bagi saya saat ini yang paling saya sayangi adalah boneka mini Plush Owly saya. Apa itu Plush Owly? Plush Owly adalah boneka mini dari Hootsuite yang dibagikan kepada kami para pengguna dari Hootsuite , keunikan dari boneka mini Plush Owly ini hanya diproduksi sebanyak 100 buah di dunia. Itulah mengapa saya lebih memilih boneka mini Plush Owly sebagai sosok yang paling saya sayangi. Sebelum boneka Plush Owly sampai di tangan saya, seorang teman sudah langsung meminta untuk menjual kepada dirin...

Sinopsis Noble Hearts (Mentari di Ufuk Timur)

Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...