Sabtu kemaren gw berkesempatan mengikuti acara ini. Tentunya atas nama komunitas foursquare Indonesia. Sampe di gerbang Ancol sekitar jam 10.45 di sambut oleh gerbang di bawah ini: Tiap maen ke Ancol, gw pasti masuk melalui gerbang ini, ya karena gw menuju kemari memakai angkutan umum Kereta udah bukan Api sambung mikrolet M15 jurusan Kota-Tanjung Priok. Dari Bogor malah jarang naek Kereta Wisata Ancol, yang langsung turun di Stasiun Ancol, yang gw ketahui awalnya sih beroperasi tiap Sabtu-Minggu, sekarang kok jadi cuma Minggu aja. Tujuan gw kan ke Pantai Carnaval-nya, ya lumayan jauh juga. Bagi gw sendiri sih ngga jauh tuh, deket segitu mah. Eh untuk kemaren. pas di gerbang ini ketemu rekan yang akan sama-sama berjaga di booth. Berdua berjalan kaki sampe depan resto Bandar Jakarta, untuk yang pertama kalinya gw naek bus komuternya menuju Pantai Carnaval. Foto yang laen bisa disimak di halaman flickr gw . Berfoto di depan wahana baru fantastique
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...