Langsung ke konten utama

On Set Location Sang Kiai The Movie


Berawal dari hobi menonton film, walaupun seringnya dalam satu bulan film baru yang beredar di bioskop tidak dapat saya nikmati semua. Lambat laun saya dapat menikmati beberapa film di beberapa bioskop yang sebelumnya jarang bahkan belum pernah saya kunjungi. Beberapa bioskop yang terdekat dari rumah aja belom seluruhnya saya nikmati satu persatu. 
Sejak tahun 2010 saya mendapatkan berbagai kesempatan untuk ikut menonton terlebih dahulu baik dalam acara Gala Premiere atau media screening film. Berbagai cara saya dapatkan  untuk mendapatkan undangan acara tersebut, dimulai dari para media partner, distributor film atau dari pihak promosi film.
Di bulan November 2012 kemaren adalah bulan yang terbanyak saya mendapatkan kesempatan mendapatkan undangan Gala Premiere film Indonesia dimulai dari Loe Gue End, Jakarta Hati, Langit Ke 7 dan yang terakhir Hello Goodbye. Dari keempat film ini saya dapatkan undangannya dengan cara yang berbeda-beda.
Dan di hari Minggu (16/12) kemaren adalah hari yang paling special bagi saya dalam dunia perfilman Indonesia, dimana saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu lokasi syuting film Sang Kiai yang bertempat di Kawasan Benteng Gedung Juang 45, Solo.
Sebelum berangkat menuju lokasi syuting, di hotel tempat kami dan seluruh kru menginap sempat bertemu sebentar dengan Agus Kuncoro Adi yang berperan sebagai Wahid Hasyim dalam film Sang Kiai ini. Selain dengan Agus Kuncoro Adi sempat pula bertemu dengan Ikranegara yang berperan sebagai K.H. Hasyim Asy'ari. Dalam sesi wawancara dengan beliau,  Ia merasa sangat terhormat dan bangga terpilih sebagai orang yang memerankan K.H. Hasyim Asy'ari. lanjutnya ia mengatakan "K.H. Hasyim Asy'ari ini adalah sosok yang visioner dan berilmu tinggi. Pandangannya jauh kedepan". Di akhir sesi wawancara kami menantang Ikranegara untuk berfoto dengan pose gaya K.H. Hasyim Asy'ari, beliau pun menyanggupi dengan langsung bersegera berpose. Saya yang berada tepat di depannya melihat ada "sosok" yang berubah dari dirinya.

sesi wawancara dengan Ikranegara
Ikranegara berpose layaknya K.H. Hasyim Asy'ari
Sesampainya di lokasi syuting saya langsung mengabadikan beberapa hal yang menarik saat disana.
Berikut foto-fotonya:








Dalam foto yang terakhir tampak terlihat seorang dari "extras" yang cengengesan tidak serius dalam mengikuti proses syuting ini. Dia tampaknya kurang mengerti arti dari semangat kekompakan dalam pembuatan sebuah film. Akibat dari ulahnya ini beberapa kali take harus diulang kembali. 

Sang Kiai, film Indonesia yang mengisahkan tentang K.H. Hasyim Asy'ari, tokoh dibalik peristiwa sejarah 10 November 1945, film ini mengambil setting antara tahun 1942-1947. 
Para pemeran utama dalam film ini antara lain Ikranegara sebagai K.H. Hasyim Asy'ari, Christine Hakim sebagai Nyai Kapu (istri K.H. Hasyim Asy'ari) Agus Kuncoro Adi sebagai Wahid Hasyim, Adipati Dolken sebagai Harun dan Dimas Aditya sebagai Husyein. Lokasi syuting selain yang di Solo ini bertempat di Kediri, Nggondang Klaten, Ambarawa dan Semarang. Sang Kiai di sutradarai oleh Rako Prijanto. Film ini rencananya akan dirilis pada Juni 2013. Mari kita nantikan! Update terbaru Sang Kiai dapat tanggal rilis dari pihak bioskop pada tanggal 30 Mei 2013. UNGU sebagai pengisi soundtrack dalam film ini dengan lagunya "Bila Tiba"
Foto bersama Rako Prijanto, sutradara Sang Kyai
Terima kasih kepada teman-teman dari Budge Communications dan RAPI Films yang memberikan saya kesempatan untuk hadir langsung di lokasi syuting pembuatan film ini.
Saat sesi wawancara dengan Rako Prijanto berakhir saya mengutarakan apresiasi saya kepada salah satu filmnya "Ungu Violet", dalam film tersebut ada hal yang memang pernah saya alami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Netflix Yang Kini Resmi Masuk Pasar Indonesia

Netflix, layanan streaming film panjang dan film serial yang kekinian di Amerika Serikat kini resmi hadir di Indonesia. CEO Netflix, Reed Hastings dalam acara CES 2016, rabu lalu mengumumkan #NetflixEverywhere (termasuk di Indonesia, kecuali Tiongkok). Sebelum Netflix saya sudah akrab dan sempat menggunakan viki, yang kontennya kebanyakan berasal dari Korea Selatan. Telkomsel bekerjasama dengan Disney menghadirkan Moovigo, layanan Disney Movie On Demand dengan kearifan lokal (konten film-film Disney-nya cukup banyak dengan film-film terbaru yang setelah beberapa bulan tayang di bioskop). Multivision menghadirkan nonton.com, terakhir saya akses berisi sinetron mereka yang di tahun 90-an merajai pertelevisian di Indonesia. Terakhir yang sering saya gunakan sih google play movie, lebih seringnya menyewa dengan batas waktu 48 jam. Sejak memiliki Kata Box  saya sudah mencoba untuk "berkenalan" dengan Netflix, sayangnya dalam proses registrasi kita diHARUSKAN untuk me...

Valentine Blogging Competition with B Blog

  Di awal bulan ke-2 dari tahun 2014 ini awal postingan terbaru saya, lagi jarang mengikuti screening dari film Indonesia yang baru rilis, jadi postingan kali ini tentang berpartisipasi dalam B Blog. Beberapa hari yang lalu saya bergabung dengan B Blog, sepertinya akan banyak benefit yang saya dapatkan kedepannya. Dalam Valentine Blogging Competition with B Blog ini bagi yang lain mungkin akan menceritakan sosok yang tersayang dengan orang-orang yang disayangi atau binatang peliharaan. Bagi saya saat ini yang paling saya sayangi adalah boneka mini Plush Owly saya. Apa itu Plush Owly? Plush Owly adalah boneka mini dari Hootsuite yang dibagikan kepada kami para pengguna dari Hootsuite , keunikan dari boneka mini Plush Owly ini hanya diproduksi sebanyak 100 buah di dunia. Itulah mengapa saya lebih memilih boneka mini Plush Owly sebagai sosok yang paling saya sayangi. Sebelum boneka Plush Owly sampai di tangan saya, seorang teman sudah langsung meminta untuk menjual kepada dirin...

Sinopsis Noble Hearts (Mentari di Ufuk Timur)

Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...