Langsung ke konten utama

#1DThisIsUs: The Journey of The Boys


One Direction: This Is Us adalah film yang memikat hati dan mendalam ke semua akses melihat kehidupan the boys sang fenomena musik dunia. Diselipkan banyak rekaman konser yang sangat menakjubkan. Film ini menampilkan kisah inspirasi yang luar biasa dari Niall, Zayn, Liam, Harry dan Louis yang meroket ke puncak ketenaran. Berawal dari kampung halaman mereka yang sederhana menuju persaingan dalam X Factor untuk menaklukan dunia dan tampil di O2 Arena. Mendengarkan langsung dari mereka (the boys) dan melihat langsung dari mata mereka bagaimana rasanya menjadi One Direction.
Simon Cowell, juri dari X Factor yang melihat bakat dari The Boys saat mereka masing-masing memperlihatkan kemampuannya. Simon Cowell berinisiatif mempersatukan mereka semua sehingga terbentuk One Direction.
One Direction bukan jawara dari X Factor, tetapi mereka membuktikan mereka adalah yang terbaik, dengan cepat mengumpulkan fans dari seluruh dunia. Dua album dari One Direction yang telah beredar diantaranya: Up All Night (2011) dan Take Me Home (2012), album terbaru dari One Direction adalah Best Song Ever, sebelum single-nya dirilis mereka membuat kontes yang bisa diikuti oleh blogger, saya pun ikut berpartisipasi di sini.
One Direction: This Is Us dirilis hanya dalam format 3D, rekaman konser di O2 Arena direkam menggunakan kamera 3D, saat menikmati film ini kita benar-benar dibawa ke dalamnya. Salah satu lagu favorite saya dari Wheatus "Teenage Dirtbag" mereka nyanyikan. Berikut video klip officialnya:


Film ini akan tayang di semua lokasi blitzmegaplex dan tayang di beberapa bioskop group cinema 21 tertentu mulai 29 Agustus 2013. Saya bukan seorang Directioners, tetapi pengantusias konser. Bagi saya saat menyaksikan film ini seperti saat menyaksikan konser #MetallicaJKT beberapa hari sebelumnya, menyuguhkan standar suatu hiburan dari sebuah konser. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencoba Netflix Yang Kini Resmi Masuk Pasar Indonesia

Netflix, layanan streaming film panjang dan film serial yang kekinian di Amerika Serikat kini resmi hadir di Indonesia. CEO Netflix, Reed Hastings dalam acara CES 2016, rabu lalu mengumumkan #NetflixEverywhere (termasuk di Indonesia, kecuali Tiongkok). Sebelum Netflix saya sudah akrab dan sempat menggunakan viki, yang kontennya kebanyakan berasal dari Korea Selatan. Telkomsel bekerjasama dengan Disney menghadirkan Moovigo, layanan Disney Movie On Demand dengan kearifan lokal (konten film-film Disney-nya cukup banyak dengan film-film terbaru yang setelah beberapa bulan tayang di bioskop). Multivision menghadirkan nonton.com, terakhir saya akses berisi sinetron mereka yang di tahun 90-an merajai pertelevisian di Indonesia. Terakhir yang sering saya gunakan sih google play movie, lebih seringnya menyewa dengan batas waktu 48 jam. Sejak memiliki Kata Box  saya sudah mencoba untuk "berkenalan" dengan Netflix, sayangnya dalam proses registrasi kita diHARUSKAN untuk me...

Valentine Blogging Competition with B Blog

  Di awal bulan ke-2 dari tahun 2014 ini awal postingan terbaru saya, lagi jarang mengikuti screening dari film Indonesia yang baru rilis, jadi postingan kali ini tentang berpartisipasi dalam B Blog. Beberapa hari yang lalu saya bergabung dengan B Blog, sepertinya akan banyak benefit yang saya dapatkan kedepannya. Dalam Valentine Blogging Competition with B Blog ini bagi yang lain mungkin akan menceritakan sosok yang tersayang dengan orang-orang yang disayangi atau binatang peliharaan. Bagi saya saat ini yang paling saya sayangi adalah boneka mini Plush Owly saya. Apa itu Plush Owly? Plush Owly adalah boneka mini dari Hootsuite yang dibagikan kepada kami para pengguna dari Hootsuite , keunikan dari boneka mini Plush Owly ini hanya diproduksi sebanyak 100 buah di dunia. Itulah mengapa saya lebih memilih boneka mini Plush Owly sebagai sosok yang paling saya sayangi. Sebelum boneka Plush Owly sampai di tangan saya, seorang teman sudah langsung meminta untuk menjual kepada dirin...

Sinopsis Noble Hearts (Mentari di Ufuk Timur)

Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...