Duta Besar Uni Eropa (Olof Skoog) bersama tim #Film99Cahaya Jum'at, 29 November 2013 saya berkesempatan mengikuti media screening dari salah satu film Indonesia yang akan segera tayang di awal bulan Desember 2013 ini. Ini bukan acara media screening film produksi dari Maxima Pictures yang pertama bagi saya. Dan...berkali-kali bertemu dengan orang yang menyebalkan bagi saya, yang MEMBEDAKAN rekan-rekan media dengan blogger. DEAR anda yang arogan, kami sama-sama undangan. Dalam hal ini menghadiri media screening, saya juga butuh media kit yang dibagikan, bukan hanya teman-teman media. Sebenarnya dengan pihak Maxima Pictures saya sudah memiliki akses untuk dapat menghubungi mereka dan meminta undangan untuk dapat hadir di acara mereka. Berhubung mendapatkan undangan melalui tim dari perwakilan Uni Eropa, ya saya dengan senang hati menerima dan langsung membalas undangan akan bersedia hadir. Setelah mengikuti acara screening dari #Film99Cahaya, berikut penuturan dari Duta Besar...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...