Kamis, 18 Oktober 2018, saya bersama teman-teman blogger lainnya berkesempatan mengunjungi Kampung Dukuh, Desa Pasirmukti Citeureup yang lebih dikenal dengan nama kampung kaleng yang merupakan desa mitra PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement”) Produsen Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali. Kampung kaleng merupakan sentra industri kerajinan berbahan dasar kaleng atau aluminium. Saat tiba, kami disambut oleh Pak Dedi Ahmadi dan diajak berkeliling kampung mengunjungi tiap rumah yang masing-masing memproduksi oven tradisional, oven gas, cetakan kue, kaleng kerupuk, toples mini, panci, aksesoris kendaraan, peralatan rumah tangga serta produk industri seperti rambu-rambu lalu lintas, ducking AC, tempat sampah dari stenlis dan lain-lainnya. Pak Dedi Ahmadi telah mendapatkan medali satya lencana pembangunan dan bakti koperasi yang diberikan langsung oleh Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Demi menopang dan mendorong pengr...
Irian Jaya Tahun 1997, Kampung Muting sebuah kecamatan dikelilingi rawa-rawa indah di sepanjang kali bian yang terisolir di dekat perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini. Saat itu anak-anak sekolah rata-rata hanya menamatkan sekolahnya sampai SMP saja dikarenakan belum ada SMA di Muting. Satu satunya jalan untuk melanjutkan SMA hanya dengan bersekolah di Kota Merauke yang jaraknya sekitar 250 KM. Akibatnya banyak anak anak penduduk asli Marind yang enggan melanjutkan pendidikannya hingga SMA, mereka lebih memilih mengikuti jejak orang tuanya masuk hutan, berburu atau mencari ikan kaloso (arwana). Mereka menolak bersekolah jauh dari keluarga mereka. Pak Wambrauw (Daud Hollenger) Kepala Sekolah SMP Negeri Muting menangkap kegelisahan ini dan bercita cita ingin mendirikan SMA Negeri di Muting agar anak anak Marind dapat bersekolah di dekat keluarga mereka. Di bantu oleh beberapa guru antara lain Pak Kasimirus Mahuze (Edo Kondologit) seorang guru yang dipercaya menjaga SMP ...